KEDUDUKAN MIMPI MENURUT AL-QURAN & SUNNAH

Bicara mengenai KEDUDUKAN MIMPI MENURUT AL-QURAN & SUNNAH adalah hal yang cukup menarik, terlebih untuk anda yang memang sedang mencari KEDUDUKAN MIMPI MENURUT AL-QURAN & SUNNAH. Nah kami sudah menyiapkan data yang cukup akurat untuk Anda baca, yang memang mengulas tentang makna / arti atau tafsir mimpi yang diambil dari sumber yang terpercaya.

Ada beberapa literatur yang memang secara khusus membahas tentang arti mimpi, tafsir mimpi, alamat mimpi, firasat mimpi dan semua hal yang berkaitan dengan pembacaan atau tafsir dari mimpi yang kita alami. Salah satu yang cukup familiar atau banyak dikenal oleh masyarakat kita adalah Primbon Jawa, dalam primbon meramalkan tentang "pesan-pesan" yang tersembunyi dibalik mimpi yang kita alami.

Literatur yang kedua, yang cukup banyak dipercaya adalah Tafsir mimpi menurut islam. Dijaman Nabi-nabi dahulu, mimpi merupakan salah satu cara untuk menerima Wahyu dari Allah, seperti kisah Nabi Ibrahim AS, Nabi Muhammad SAW, dan banyak lagi nabi lainnya. Bahkan didalam Kitab Suci pun disebutkan bahwa mimpi memang memiliki arti.

KEDUDUKAN MIMPI MENURUT AL-QURAN & SUNNAH

Buku Mimpi 2D - Perkara mengenai mimpi seringkali dibangkitkan dan merupakan perkara yang paling banyak menimbulkan rasa ingin tahu di kalangan kitani. Di dalam membincangkan peristiwa Isra’ Mi’raj perkara mimpi pun turut disebutkan terutama sekali dalam membincangkan adakah baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diisra’kan dalam keadaan jaga atau mimpi? Dan hal ani telah dibincangkan di keluaran yang lalu...
Causes of dreams are often resurrected and are the most curiosity among us. In discussing the events of Isra 'Mi'raj the dream case was also mentioned especially in discussing whether the king Rasulullah sallallaahu' alaihi wasallam diisra'kan in a guard or a dream? And ani thing has been discussed in the past output ...

Pada menegakkan pendapat Aisyah yang mengatakan bahawa baginda diisra’kan dengan keadaan tidur (mimpi), pernah diberikan alasan dengan berhujjahkan firman Allah surah al-Isra’ ayat 60 ini:
In upholding Ayesha's opinion that the king was put into sleep (dream), has been given a reason by proclaiming the word of Allah surah al-Isra 'verse 60:

وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلاَّ فِتْنَةً لِلنَّاسِ
وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلاَّ طُغْيَانًا كَبِيرًا (60)
Tafsirnya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami mewahyukan kepadamu (wahai Nabi Muhammad):  “Sesungguhnya Tuhanmu (ilmu dan kekuasaanNya)meliputi sekalian manusia.” Dan Kami tidak menjadikan pandangan (pada malam Mi’raj) yang telah kami perlihatkan kepadamu melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (demikian juga) pokok (zaqqum) yang dilaknat di dalam al-Quran. Dan Kami menakutkan mereka, namun yang demikian itu tidak menambah (ketakutan) kepada mereka melainkan (menambah) kederhakaan yang melampau.”
"And when We revealed unto you (O Prophet Muhammad):" Your Lord (His knowledge and authority) encompasses all men. "And We did not make the view (on the night of Mi'raj) which we have shown unto you but as a test for man And (so too) the subject (zaqqum) cursed in the Qur'an. And We frighten them, but such does not add (fear) to them but (adds) an outward tone. "

Akan tetapi hujjah ini dibantah dengan firman Allah surah al-Isra’ ayat 1:
But this hujjah is denied by the word of Allah surah al-Isra 'verse 1:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً...
Tafsirnya :
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam...”
"Glory be to Allah, who hath commanded His servants one night ..."

Jadi para al-Mufassirin (ahli tafsir) berpendapat, dengan mengatakan bahawa jika dalam keadaan tidur, tidak mungkin disebut perkataan “diperjalankan”. Selain itu, pandangan mata sering juga disebut ‘ar-Ru’ya’ (mimpi) sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas, yang mana pandangan mata itu apa yang diperlihatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam baginda “diperjalankan”
So the al-Mufassirin (commentators) argue, by saying that if in a state of sleep, can not be called the word "executed". In addition, the eye view is often also called 'ar-Ru'ya (dream) as proposed by Ibn' Abbas, in which the eye view is what is shown to the Messenger of Allaah alaihi wasallam on the night of the king "to be executed".

Apa makna ar-Ru’ya?
ar-Ru’ya bermakna suatu keadaan yang mulia dan mempunyai tingkatan yang tinggi. Hal ini dapat kitani fahami dari hadits baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh al-Imam Bukhari di dalam kitab beliau; ‘Shahih Bukhari’:
What is the meaning of ar-Ru'ya?
Ar-Ru'ya means a noble state and has a high level. This can be understood from the hadeeth of the Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam narrated by al-Imam Bukhari in his book; 'Shahih Bukhari':
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَمْ يَبْقَ مِنْ النُّبُوَّةِ إِلاَّ الْمُبَشِّرَاتُ، قَالُوا وَمَا الْمُبَشِّرَاتُ قَالَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ[2]
Maksudnya:
“Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada yang tersisa selepas kenabian kecuali khabar gembira”. Maka bertanya sahabat: “Apa dia khabar gembira itu?”, bersabda baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Mimpi yang baik”.
Meaning:
"Indeed, Abu Hurayrah said, I have heard the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) saying:" Nothing is left after prophethood except for glad tidings. " Then asked the Companion: "Is he happy news that?", Said the Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam: "Good dream".

Dan disebutkan juga perkara mimpi ini di dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim di dalam ‘Shahih Muslim’:
And mentioned also the case of this dream in the hadith of the Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam narrated by al-Imam Muslim in' Sahih Muslim ':
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السِّتَارَةَ وَالنَّاسُ صُفُوفٌ خَلْفَ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ:
 أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ مُبَشِّرَاتِ النُّبُوَّةِ إِلاَّ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْمُسْلِمُ أَوْ تُرَى لَهُ أَلاَ وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ[3]
Maksudnya:
“Dari Ibnu ‘Abbas berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membuka tirai, lantas baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melihat orang ramai berbaris-baris di belakang Abu Bakar, maka baginda bersabda: “Hai sekalian manusia, sesungguhnya tidak terdapat lagi berita-berita gembira tentang kenabian kecuali mimpi yang baik, yang dialami oleh seorang muslim, atau diperlihatkan baginya (mimpi itu), dan sesungguhnya aku telah dilarang dari membaca al-Quran ketika rukuk dan sujud. Adapun ketika rukuk maka kamu agungkanlah Allah, dan ketika kamu bersujud bersungguh-sungguhlah (perbanyakkanlah) berdoa, sebenarnya doa kamu (pada ketika itu) akan diterima Allah.”
Meaning:
"From Ibn 'Abbas said:" The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) opened the curtain, and then the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) saw the crowds lined up behind Abu Bakr, so the king said: "O people, there is no more news Excited about the prophethood except a good dream, experienced by a Muslim, or shown to him (the dream), and in fact I have been forbidden from reading the Koran when bowing and prostration. And when you bow, you glorify God, and when you bow prostrating earnestly (multiply) pray, your prayer will (at that) be accepted by God. "

Adapun selain daripada perkara mimpi, hadits ini juga sebenarnya merupakan hujjah yang melarang kita untuk membaca ayat suci al-Quran ketika melakukan rukuk dan sujud serta saranan agar memperbanyakkan doa ketika melakukan sujud kerena sebahagian ulama berpendapat bahawa waktu kita bersujud itulah waktu kita paling dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Aside from dreams, this hadeeth is actually a hujjah which forbids us to recite the holy verses of the Qur'an when doing bow and prostration and saranan to multiply prayer when doing prostration because sebahagian scholars argue that when we prostrate that our time is closest to God Subhanahu wa Ta'ala.

Kita perhatikan lagi hadits ini...
We note again this hadeeth ...

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ لَمْ يَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ وَلَنْ يَفْعَلَ وَمَنْ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ صُبَّ فِي أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ صَوَّرَ صُورَةً عُذِّبَ وَكُلِّفَ أَنْ يَنْفُخَ فِيهَا وَلَيْسَ بِنَافِخٍ[4]
Maksudnya:
“Dari Ibnu 'Abbas, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menyatakan dia bermimpi padahal tidak, maka dia akan dibebani untuk menyatukan dua biji gandum padahal dia tak akan dapat melakukannya. Dan barangsiapa yang mencuri dengar pembicaraan suatu kaum padahal mereka tidak menyukai baginya (telah menyingkir untuk menghindarinya), maka akan dituang ke dalam telinganya cairan tembaga pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang mengambar (melukis, menenun atau mengukir) maka dia akan disiksa dan dibebani untuk menghidupkannya padahal dia tidak akan mampu.”
Meaning:
"From Ibn 'Abbas, from the Prophet sallallaahu' alaihi wasallam said:" Whoever says he dreams when not, then he will be burdened to unite two grains of wheat when he will not be able to do it. And whoever steals the conversation of a people when they do not like him (has stepped away to avoid it), it will be poured into his ears of copper on the Day of Resurrection. And whoever is drawing (painting, weaving or carving) then he will be tortured and burdened to revive him when he will not be able. "

Dengan hadits di atas, kitani perlu sedar dan menginsafi bahawa kitani sebagai umat Islam dilarang sama sekali berbuat dusta ke atas perkara-perkara yang berkaitan dengan mimpi. Termasuklah di sini hal yang kurang wajar seperti mereka-reka, mempersendakan atau mem’paibun’kan mimpi.
With the above hadith, we need to be conscious and realize that we as Muslims are forbidden to lie altogether on matters related to dreams. Including here things that are less fair as they make, menyendakan or mem'paibun'kan dream.

Jadi pada keseluruhannya, berdasarkan daripada hadits-hadits yang telah dibawakan itu tadi, dapatlah kitani fahami bahawa mimpi mempunyai nilai penting di dalam Islam. Ia banyak kali disebutkan di dalam al-Quran, contohnya seringkali disebutkan di dalam surah Yusuf, sebagaimana yang sering kitani dengar kisah hidup Nabi Allah Yusuf 'alaihissalam. Begitu juga banyak disebutkan di dalam hadits-hadits baginda Rasulullah Shallallhu 'alaihi wasallam antaranya sepertimana yang telah disebutkan tadi. 
So in its entirety, based on those hadiths, we can understand that dreams have an important value in Islam. He is mentioned many times in the Qur'an, for example often mentioned in the sura Yusuf, as we often hear the story of the life of the Prophet of God Joseph alaihissalam. So many mentioned in the hadiths of the Prophet the Messenger of Allah (peace and blessings of Allaah be upon him) as mentioned above.

Oleh yang demikian, kitani perlu berhati-hati serta percaya bahawa mimpi ada yang benar dan dapat dipercayai... contohnya saja sebagaimana yang dinyatakan di awal-awal tadi, iaitu hadits dari Ibnu ‘Abbas berkenaan dengan mimpi baik seorang muslim. Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah membahagikan mimpi menjadi beberapa bahagian. Ini dapat diketahui berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Therefore, we need to be cautious and believe that dreams are true and believable ... for example as stated earlier, the hadith from Ibn 'Abbas concerns the Muslim's good dream. The Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam also has divided dream into several parts. This can be known by the hadith narrated from Muhammad ibn Sirin, from the Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam said:
عَنْ  مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ:
 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ تَكْذِبُ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ وَرُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ وَمَا كَانَ مِنْ النُّبُوَّةِ فَإِنَّهُ لاَ يَكْذِبُ 
قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَقُولُ هَذِهِ قَالَ وَكَانَ يُقَالُ: الرُّؤْيَا ثَلاَثٌ حَدِيثُ النَّفْسِ وَتَخْوِيفُ الشَّيْطَانِ وَبُشْرَى مِنْ اللَّهِ فَمَنْ رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلاَ يَقُصَّهُ عَلَى أَحَدٍ وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ قَالَ وَكَانَ يُكْرَهُ الْغُلُّ فِي النَّوْمِ وَكَانَ يُعْجِبُهُمْ الْقَيْدُ وَيُقَالُ الْقَيْدُ ثَبَاتٌ فِي الدِّينِ[5]

Maksudnya :
“Dari Muhammad bin Sirin, sesungguhnya dia mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda : “Jika telah menghampiri zaman, mimpi seseorang yang beriman itu hampir-hampir tidak dusta dan mimpi seorang mukmin adalah juz dari 46 juz kenabian, dan sesungguhnya juz kenabian itu bukanlah dusta, Muhammad bin  Sirin berkata : “Dan beliau mengataka: “Mimpi ada tiga :
"From Muhammad ibn Sirin, he actually heard Abu Hurayrah say, The Messenger of Allah said:" When it comes to the times, the dream of a believer is hardly a lie and the dream of a believer is the juz of the 46 juz prophethood, and indeed the prophetic juz is not a lie , Muhammad bin Sirin said: "And he said:" There are three dreams:
  1. Percakapan (bisikan) jiwa,
  2. dan bisikan setan (yang menakut-nakuti)
  3. dan kabar gembira dari Allah.
  1. Conversation (whisper) of the soul,
  2. And the whisper of the devil (the scare)
  3. And the glad tidings of God.
Maka barangsiapa bermimpi sesuatu yang dia benci janganlah menceritakannya pada seseorang dan hendaklah berdiri lalu melakukan sembahyang, Abu Hurairah berkata, “Dan beliau membenci al-Ghulu (mimpi tangan yang terikat di leher) ketika tidur dan mereka telah dikagumkan dengan perkara yang berkaitan (agama) dan dikatakan perkara yang berkaitan bererti ketetapan dalam agama.”
So he who dreams of something he hates not tells a person and stands up and performs a prayer, Abu Hurayrah says, "And he hates al-Ghulu (the dream of the hands attached to the neck) while sleeping and they have been affronted with a related matter (religion) And it is said that a related matter means providence in religion. "

Jadi, janganlah kitani cuba memperkecilkan jika ada di antara kitani yang beria-ia membenarkan mimpi yang dialaminya kerana ulama berpendapat bahawa membenarkan mimpi yang dapat dipercaya adalah diperbolehkan dan mimpi itu mempunyai penafsiran atau maksud tersirat yang baik, dan mungkin ada yang tidak memerlukan penafsiran. Dalam mimpi yang baik, Allah memperlihatkan kuasaNya meliputi keindahan, rahmat, hidayah dan kelembutan yang mampu memberikan kegembiraan kepada mukmin yang bermimpi. Mengenai hal ini, ulama bersepakat dan tidak mengingkari akan mimpi yang benar kecuali dia seorang pendusta atau orang mu’tazilah.
So do not you try to minimize if any of us are justified-he justifies the dream he experiences because the scholars argue that justifying a credible dream is permissible and that dream has good interpretation or implied meanings, and perhaps there is no need for interpretation. In good dreams, God demonstrates His power encompassing beauty, grace, guidance and tenderness capable of giving joy to dreaming believers. Concerning this, the scholars agree and do not deny the true dream unless he is a liar or a mu'tazilah.

Adapun jenis mimpi yang pertama sepertimana yang dinyatakan di dalam hadits iaitu ‘Bisikan Jiwa’. Ia merupakan gambaran dari keinginannya atau pengaruh dari apa yang terjadi pada dirinya dalam hidupnya. Kebanyakan manusia bermimpikan sesuatu dalam tidurnya apa yang menjadi bisikan hatinya, apa yang memenuhi fikirannya atau apa yang berlaku pada dirinya ketika ia dalam keadaan terjaga, sehinggakan perkara tersebut terbawa-bawa ke dalam tidurnya.
As for the first type of dream as stated in the hadith it is 'Bisikan Jiwa'. It is a picture of his desire or the influence of what happens to him in his life. Most humans dream of something in their sleep what is the whisper of their hearts, what fills their minds or what applies to them when they are awake, so that the matter is carried away into sleep.

Manakala jenis yang kedua iaitu gangguan dari syaitan yang bertujuan untuk menakut-nakutkan manusia. Hal ini terjadi karena syaitan dapat menggambarkan dalam tidur seseorang perkara yang menakutkan sehinggakan seseorang itu berada dalam kesedihan dan bermurungan.
When the second kind is the distraction of shaitan, which aims to scare people away. This happens because shaitan can describe in a person's sleep a terrifying thing so that someone is in sadness and moodiness.

Para ulama sebenarnya berbeza pendapat mengenai hakikat mimpi yang benar. Ada yang mengatakan, mimpi yang benar itu adalah mengetahui bahagian-bahagian tertentu yang tidak dihalang oleh apapun, contohnya mimpi itu datang ketika tidur yang nyenyak. Maka dari itu, kebanyakan mimpi yang benar itu terjadi di akhir malam kerana sedikitnya tidur, dan untuk itu Allah memberikan bagi orang yang memiliki mimpi yang benar pengetahuan, dan menjadikan apa yang dia lihat menjadi nyata dan difahami secara benar.
The scholars are actually different opinions about the true nature of dreams. Some say, the true dream is to know certain parts that are not blocked by anything, for example the dream comes when a deep sleep. Therefore, most true dreams happen at the end of the night because at least sleep, and for that God gives for those who have a true dream of knowledge, and makes what he sees to be real and properly understood.

Ref:
[1] Tafsir al-Qurthubi, Ta’liq: Muhammad Ibrahim al-Hifnawi, Takhrij: Mahmud Hamid Utsman, Pustaka Azzam -  Jakarta, 2008, Jld: 10, m.s: 519-520
[2]  صحيح البخارى، رقم: 6475، الباب: المبشرات،341/21
[3] صحيح المسلم، رقم: 738، الباب: النهى عن قرأة القرأن فى الركوع، 22/3
[4] صحيح البخارى، رقم: 6520، الباب: من كذب فى حلمه، 426/21
[5] صحيح البخارى، رقم: 3597، الباب: حديث الإسراء، 271/12
[6] Tafsir al-Qurthubi, Ta’liq: Muhammad Ibrahim al-Hifnawi, Takhrij: Mahmud Hamid Utsman, Pustaka Azzam -  Jakarta, 2008, Jld: 9, m.s: 283

Tafsir Mimpi Lainnya:
Memuat...

Itulah KEDUDUKAN MIMPI MENURUT AL-QURAN & SUNNAH, jika itu merupakan pertanda yang baik, maka selayaknya kita bersyukur, karena mimpi yang baik datangnya dari Allah. Lalu bagaimana bila mimpi yang kita alami tersebut ternyata bermakna kurang baik atau firasat buruk?. Alangkah baiknya jika kita selalu waspada dan berhati-hati dalam setiap ucapan maupun tindakan.

0 Response to "KEDUDUKAN MIMPI MENURUT AL-QURAN & SUNNAH"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel